Sabtu (27/07) saya mendapat undangan mendadak untuk bergabung di event Gathering GenBI Kediri yang diadakan di Bumi Perkemahan Jurang Senggani, Desa Nglurup, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Undangan yang sulit ditolak karena yang mengundang adalah Bapak Djoko Raharto yang merupakan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Kediri periode 2014-2019 yang sekarang bertugas di Kantor Pusat Bank Indonesia di Jakarta. Beliau datang jauh-jauh dari Jakarta meluangkan waktu untuk berbagi kebahagiaan bersama para mitra kerja BI KPw Kediri dan adik-adik GenBI semasa beliau bertugas. Meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 dan harus menempuh perjalanan sejauh 41 km (+ 1,5 jam) menembus gelap malam ke lokasi yang belum pernah saya kunjungi, saya pun langsung berangkat tanpa berpikir panjang.
Sesampai di lokasi, acara sudah dimulai. Peserta gathering mengelilingi api unggun, mendengarkan sharing yang disampaikan Bapak Djoko Raharto dan mitra-mitra kerja BI KPw Kediri. Beberapa mitra kerja yang hadir adalah Kurnia Ika Kusuma (owner Rumah Kopi Mandiri, pendamping petani kopi di wilayah Sendang, Tulungagung), Sulistiyaningsih (Ketua Perkumpulan TKI Purna & Keluarga – Pertakina Blitar), Lis Susanti (owner Adia Ethnic Bag Kediri), Erwin Wahyu Nugroho (owner Tenun Ikat Bandoel Kediri) dan beberapa petani kopi Sendang. Selain itu, sekitar 20-an mahasiswa yang menerima beasiswa dari Bank Indonesia (GenBI) juga turut hadir memeriahkan event Gathering GenBI.
Malam itu baru saya tahu bahwa selain Gathering GenBI, besok paginya Bapak Djoko Raharto ingin meninjau secara langsung perkebunan kopi rakyat yang bibitnya merupakan realisasi program pembinaan klaster kopi BI KPw Kediri 2 tahun lalu dan sekarang sudah mulai berbuah. Selain bibit kopi, BI KPw Kediri juga menyumbangkan green house untuk pengeringan dan pengolahan kopi untuk kelompok petani kopi dan bangunan mushola untuk Bumi Perkemahan Jurang Senggani. Setelah acara sharing pengalaman berakhir sekitar pukul 22.30, semua peserta Gathering GenBI mulai beranjak untuk istirahat di tenda-tenda yang sudah disiapkan dengan menggunakan sleeping bag untuk melanjutkan kegiatan besok pagi.
Keesokan paginya, saya baru mengetahui dan menikmati keindahan alam Bumi Perkemahan Jurang Senggani karena ini memang kunjungan perdana saya ke lokasi ini. Ada 4 tanah lapang yang bisa digunakan sebagai area berkemah di hutan pinus ini. Di sekitar area masuk ada warung-warung yang menjual makanan dan minuman hangat. Fasilitas untuk berswafoto juga tersedia walaupun masih terkesan apa adanya. Berjalan ke atas bukit, saya bisa menikmati pemandangan kota Tulungagung di kejauhan. Secara keseluruhan, tempat ini recommended banget sebagai alternatif tujuan wisata di Kabupaten Tulungagung.
Pukul 07.30 rombongan bersiap berangkat menuju kebun kopi yang masih harus menempuh perjalanan sekitar 30 menit melalui rute jalan tanah yang terjal dan mendaki. Panitia menyediakan 1 mobil off-roader untuk mengangkut rombongan ke lokasi perkebunan kopi yang berada di ketinggian 1.200 mdpl sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kualitas kopi arabika yang prima. Mobil ini memang satu-satunya mobil yang tersedia dengan satu-satunya pengemudi yang sudah benar-benar menguasai medan yang harus dilalui!
Setelah perjalanan menuju lokasi yang sangat menegangkan sekaligus sangat mengasyikkan, rombongan tiba di perhentian terakhir mobil dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Tiba di lokasi kebun kopi, kami disuguhi pemandangan alam yang sangat mempesona. Barisan tanaman kopi yang mulai berbuah, kemegahan puncak Gunung Wilis di kejauhan dan hamparan awan yang menutupi kota Tulungagung. Ekspresi kegembiraan dan kepuasan Bapak Djoko Raharto tidak bisa disembunyikan menyaksikan realisasi program yang beliau buat.
Setelah selesai meninjau perkebunan kopi rakyat kami melanjutkan perjalanan ke Wisata Kedung Minten, Dusun Jambuwok, Desa Nglurup yang hanya berjarak beberapa kilometer dari Bumi Perkemahan Jurang Senggani. Dalam perjalanan kami melewati pabrik teh yang sudah tutup. Konon, perusahaannya bangkrut dan pengusahanya memilih untuk menjalankan bisnis lain. Ternyata, selain kopi, Desa Nglurup juga penghasil teh hijau, meskipun budidaya dan pengolahannya masih dalam skala kecil. Sesampai di Wisata Kedung Minten, panitia sudah menyiapkan sarapan pagi dengan menu tradisional (nasi jagung, nasi tiwul, lodho pindang, sayur nangka dan urap). Tentu saja dilengkapi sajian seduhan kopi arabika dan teh hijau.
Wisata Kedung Minten nampak ramai dikunjungi keluarga yang ingin berekreasi. Mungkin karena bertepatan dengan hari Minggu dan sudah menjelang siang. Selain itu, rute menuju Wisata Kedung Minten lebih ramah dan mudah dijangkau bagi kendaraan pengunjung. Di Wisata Kedung Minten, pengunjung bisa bermain air dan berendam di kedung (semacam pemandian alami) atau sekedar menikmati pemandangan alam sambil menyantap makanan di warung-warung yang ada.
Pukul 11.00 rombongan kembali ke Bumi Perkemahan Jurang Senggani yang ternyata juga sudah ramai pengunjung. Bapak Djoko Raharto harus melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta dan kami pun harus berpisah kembali ke pekerjaan masing-masing. Terima kasih Bapak Djoko Raharto yang sudah berbagi kebahagiaan bersama kami, teman-teman mitra kerja BI, adik-adik GenBI dan semua panitia. Hari ini adalah tonggak sejarah baru buat kita semua. Semoga ke depan bisa terus dan selalu saling memberi manfaat.