Para pelaku UMKM diakui mampu bertahan dalam kondisi ekonomi yang sulit sekali pun. Apalagi jumlah pelaku UMKM secara data statistik terhitung sangat banyak sekali. Hal ini memicu pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UMKM untuk terus berusaha meningkatkan kapasitas para pelaku UMKM dalam segala bidang dengan harapan semakin mampu menopang perekonomian nasional. Termasuk di dalamnya, menyediakan tenaga pendamping UMKM untuk lebih mengarahkan para pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya.
Dalam menjalankan peran meningkatkan kapasitas usaha para pelaku UMKM, seorang pendamping UMKM tentunya membutuhkan banyak skill yang terintegrasi di dalamnya. Mengingat permasalahan yang harus dihadapi dan dibenahi dari masing-masing pelaku UMKM ini terbilang kompleks dan membutuhkan solusi yang spesifik.
Beberapa permasalahan yang paling sering dihadapi para pelaku UMKM dan memerlukan pendampingan, di antaranya:
- Penguatan Kelembagaan(legalitas usaha, struktur organisasi usaha, dan lain-lain)
- Peningkatan Produksi (proses produksi, pengemasan, perijinan produk, dan lain-lain)
- Perluasan Pemasaran (branding, strategi promosi, pemasaran online, pengembangan jalur distribusi, tatacara ekspor, dan lain-lain)
- Akses Pembiayaan (permodalan, pencatatan transaksi keuangan, investasi, dan lain-lain)
- Peningkatan Kualitas SDM (motivasi kewirausahaan, rekrutmen tenaga kerja, pengembangan kemitraan, dan lain-lain)
Untuk melaksanakan tugas-tugas pendampingan di atas, diperlukan pendamping yang benar-benar faham seluk-beluk permasalahan yang dihadapi dan diharapkan mampu memberi solusi yang tepat. Sehingga sering timbul pertanyaan, apakah pendamping UMKM ini sebaiknya seorang akademisi ataukah seorang praktisi? Untuk itu, kita perlu memahami dulu spesifikasi masing-masing peran tersebut.
Spesifikasi Peran Akademisi:
- Kuat di konsep dan perencanaan
- Bekerja dengan langkah-langkah yang teraturdanterstruktur
- Mampu menyusunlaporan pendampingan secara formalberdasar standar akademis
Spesifikasi Peran Praktisi
- Bekerja fleksibel, menyesuaikan kondisi lapangan
- Kurang mampu membuat laporan yangterstruktur rapi dan cenderung non formal
- Menguasai segi teknis berdasar praktek lapangan dan pengalaman
Dengan mengetahui spesifikasi peran antara akademisi dan praktisi tersebut, kita bisa menilai mana yang lebih tepat sebagai pendamping UMKM, apakah akademisi atau praktisi. Tentunya, gabungan kedua peran itulah yang dibutuhkan ada dalam suatu pendampingan UMKM. Pendampingan UMKM memerlukan keahlian akademisi untuk merencanakan konsep pendampingan yang tepat dengan langkah-langkah yang terintegrasi rapi, juga membutuhkan tenaga praktisi sebagai eksekutor yang lebih mengetahui situasi dan memiliki pengalaman di lapangan.
Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk dapat memberikan kualitas pendampingan yang prima dan paripurna bagi para pelaku UMKM terkait peran akademisi dan praktisi:
- Tim gabungan akademisi dan praktisi
Dengan adanya kemampuan akademisi dan praktisi dalam satu tim tentunya akan menimbulkan sinergi yang kuat antara konsep dan praktek. Selain mampu membuat perencanaan yang terstruktur rapi dan sistematis, di dalam tim ini juga ada praktisi yang memiliki pengalaman di lapangan.
- Pendamping UMKM multi talenta
Pendamping multi talenta di sini maksudnya adalah pendamping yang memiliki keahlian sebagai akademisi, juga sebagai praktisi. Bisa jadi seorang dosen yang menjalankan bisnis, atau sebaliknya, seorang pebisnis yang merangkap tugas sebagai pengajar di suatu lembaga pendidikan. Dalam hal ini, pendamping multi talenta memiliki pengalaman bisnis praktis dan sekaligus memiliki kemampuan membuat konsep perencanaan yang sistematis hingga pelaporan formal terstruktur.
- Pembekalan pendamping UMKM
Pembekalan bagi pendamping ini dimaksudkan untuk melengkapi pendamping akademisi dengan kemampuan praktis, demikian juga sebaliknya. Misalnya, pembekalan pendamping praktisi dengan skill analisis permasalahan dan pembuatan laporan. Atau pembekalan pendamping akademisi dengan skill online marketing dan pengembangan proses produksi.