Mulai membuka warung kopi dengan konsep kafe pada tahun 2001 di daerah Balerejo, Kauman, Tulungagung, Omah Kopi Mandiri Candra Nada sempat mengenyam masa kejayaan bisnis warung kopi. Bayangkan, waktu itu hanya ada 11 warung kopi berkonsep kafe di seputaran Tulungagung. Tiap hari pengunjung silih berganti memadati Omah Kopi Mandiri. Omzet meroket hingga angka 1,5 – 2,5 juta per hari.

Untuk melengkapi entertainment bagi para pengunjung, Omah Kopi Mandiri bekerja sama dengan produsen rokok nasional untuk menghadirkan live music secara berkala. Dari sinilah muncul tawaran kerjasama untuk menghandle event musik yang lebih besar berskala nasional. Akhirnya, owner Omah Kopi Mandiri hijrah ke Jakarta untuk menjalankan kerjasama sebagai event organizer pertunjukan musik. Pengelolaan Omah Kopi Mandiri diserahkan kepada keluarga dan dipantau dari jarak jauh.

Setelah 10 tahun bekerjasama sebagai event organizer, owner Omah Kopi Mandiri memutuskan untuk balik kampung dan kembali mengelola warung kopi. Tetapi, peta bisnis warung kopi Tulungagung sudah banyak berubah. Saat itu, tahun 2012, sudah terjadi pertumbuhan lebih dari 200 warung kopi berkonsep kafe. Tentunya ini menjadikan kompetisi menjadi berat. Mengembalikan kejayaan masa lalu Omah Kopi Mandiri pun membutuhkan kerja ekstra.

Yang dilakukan owner Omah Kopi Mandiri berikutnya bukanlah bersaing di pasar yang semakin sempit, melainkan justru berkolaborasi dengan semua warung kopi yang ada. “Ada lebih dari 200 warung kopi dan semuanya membutuhkan bahan baku kopi. Jika saya mampu memenuhi mereka, tentu ini potensi bisnis yang luar biasa”, begitu pemikiran owner Omah Kopi Mandiri. Sehingga Omah Kopi Mandiri pun menggeser bisnisnya dari warung kopi menjadi produsen kopi.

Setelah bergeser menjadi produsen kopi, timbul masalah berikutnya. Ternyata suplai biji kopi yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Owner Omah Kopi Mandiri pun putar otak hingga menemukan solusi untuk memberdayakan petani kopi di lereng gunung Wilis, tepatnya di daerah Sendang. Wilayah Sendang sebenarnya sudah dikenal sebagai penghasil kopi dan teh sejak jaman Belanda. Tapi saat ini produktivitasnya sedang menurun. Diperlukan sentuhan teknologi pertanian yang canggih untuk mengangkat kembali citra kopi  Sendang. Pemberdayaan petani kopi di lereng gunung Wilis inilah yang memicu Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kediri untuk turun tangan.

Tidak hanya berhenti di situ saja sepak terjang Omah Kopi Mandiri. Inovasi berikutnya yang dilakukan Omah Kopi Mandiri, warung kopi yang sebelumnya permanen di satu lokasi dijadikan warung kopi yang mobile dengan format food truck. Tentunya ini mampu membawa Omah Kopi Mandiri ke area blue ocean yang baru karena food truck maupun mobile coffee shop masih merupakan hal baru di Tulungagung.

Inovasi-inovasi berikutnya dari Omah Kopi Mandiri masih akan terus bermunculan terkait peningkatan nilai jual kopi. Kita tunggu saja gebrakannya.

Menghadapi Era Disrupsi Ala Omah Kopi Mandiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
Instagram