Di sisi lain dari maraknya perkembangan yang menggembirakan dari sektor UMKM, tak kurang pelaku UMKM yang tumbang di tengah jalan. Bahkan, survey Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif), lembaga bentukan pemerintah yang berfokus pada pengembangan UMKM, menyatakan bahwa 90% UMKM mengalami kegagalan untuk berkembang ke tahap berikutnya (grow-up).
Penyebab kegagalan UMKM ini antara lain disebabkan karena:
- Tidak siap membayar “harga” untuk menjadi pebisnis
Banyak yang membayangkan begitu mudah dan enaknya menjadi pelaku UMKM. Tidak terikat jam kerja di kantor, bisa bekerja kapan saja dan di mana saja, tidak ada atasan yang memberi perintah, penghasilan mengalir deras, begitu iming-iming yang sering ditawarkan dalam seminar-seminar motivasi bisnis. Begitu terjun langsung menjalani bisnis, kenyataan yang dihadapi tidak sesuai angan-angan. Bekerja sebagai pebisnis justru menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran yang lebih banyak dibandingkan kerja sebagai karyawan kantor.
- Produk tidak dibutuhkan pasar
Kebanyakan pelaku UMKM bermula dari adanya produk, lalu berusaha memasarkan produk yang ada. Langkah yang lebih tepat dalam membangun bisnis adalah menganalisa kebutuhan pasar terlebih dahulu, baru kemudian menyediakan produk yang dibutuhkan pasar.
Untuk itu, diperlukan riset yang mendalam mengenai pasar yang dituju sebelum memutuskan untuk meluncurkan suatu produk. Bisa jadi dibutuhkan beberapa kali revisi agar produk bisa benar-benar sesuai dengan yang diinginkan pasar.
- Terlalu berfokus pada penjualan
Banyak pelaku UMKM yang terlalu berfokus pada penjualan produk untuk menghasilkan profit sehingga lupa mengembangkan model yang tepat bagi bisnisnya dan yang lebih penting lagi adalah melakukan penataan manajemen. Berfokus pada penjualan sebenarnya hal yang wajar karena di awal menjalankan usaha memang memerlukan biaya tinggi yang harus ditutup dari profit penjualan. Tapi jangan lupakan pengembangan model bisnis dan penataan manajemen. Tanpa model bisnis yang tepat dan manajemen yang tertata rapi sejak awal akan menyulitkan bisnis untuk berkembang pesat ke depannya.
- Kekurangan knowledge
Salah satu penyebab kegagalan bisnis adalah lack of knowledge and experience, alias kurangnya ilmu dan pengalaman dalam berbisnis. Ini bisa dimaklumi karena sebagian besar pelaku UMKM bukan berasal dari sekolah bisnis dan belum punya pengalaman mengelola bisnis. Solusinya, mereka harus mengejar ketertinggalan ini dengan banyak mengikuti seminar, workshop atau pun short course di bidang yang belum mereka kuasai.
- Kehabisan modal
Di masa awal membangun bisnis tidak bisa dipungkiri kebutuhan akan modal yang memadai sangatlah vital. Bagaimana tidak? Bisnis belum menghasilkan profit, belum mampu menarik perhatian investor, tapi biaya operasional dan biaya promosi terus berjalan. Pelaku UMKM yang kurang cermat dalam menghitung kebutuhan modal awal ini bisa kehabisan modal di tengah jalan dan tidak mampu melanjutkan bisnisnya.
- Teamwork tidak solid
Bisnis UMKM biasanya diawali dari diskusi antar teman yang sevisi dan dilanjutkan dengan kristalisasi ide-ide secara intens untuk membangun bisnis bersama. Di masa-masa awal, hal ini akan terasa menyenangkan. Berjuang bersama siang dan malam, beradu argumen untuk mencari kesepakatan solusi, mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran demi mengamati grafik pertumbuhan bisnis yang naik setahap demi setahap.
Tapi seiring berjalannya waktu, masalah-masalah mulai timbul seiring pertumbuhan bisnis yang semakin besar dan perbedaan visi akan semakin meruncing. Jika tidak disikapi dengan bijak, sangat mungkin satu atau beberapa founder akan mundur dari bisnis yang sedang dibangun dan ini bisa menggoyahkan kestabilan bisnis.
Untuk menghindari hal itu, pelaku UMKM seharusnya mempekerjakan atau bekerjasama dengan orang yang kompeten di bidangnya. Mengutamakan profesionalisme dibanding pertemanan demi kelangsungan bisnis ke depan.
- Tidak mampu mengembangkan jejaring bisnis
Jejaring bisnis merupakan salah satu syarat mutlak bagi suatu bisnis untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Tanpa didukung jejaring bisnis yang memadai, bisnis startup akan kesulitan mengakses sumber bahan baku yang murah, mengembangkan pasar yang lebih luas atau pun mendapatkan pendanaan dari investor untuk melebarkan sayap bisnisnya.
- Tidak punya pembimbing atau mentor
Tidak ada juara dunia dalam bidang apapun yang tidak memiliki pelatih. Semua juara pasti punya pelatih. Demikian juga bila seorang pelaku UMKM ingin sukses dalam berbisnis, maka harus memiliki seorang pelatih atau mentor.
Keberadaan seorang mentor dapat membantu bisnis startup yang baru berjalan. Fungsi mentor bagi pelaku UMKM adalah membimbing dan mengarahkan dalam setiap langkah yang diambil sehingga lebih terarah. Bagaimana bisa begitu? Ya, karena seorang mentor sudah pernah mengalami fase pemula sehingga tahu kendala apa saja yang akan dihadapi beserta langkah-langkah antisipasinya.
Selain itu, saat terlibat langsung dalam bisnis (in-business) akan sulit bagi seorang pelaku UMKM untuk melihat kekurangan yang ada. Fungsi mentor adalah melihat bisnis secara keseluruhan (on-business) sehingga mampu memberi penilaian yang lebih obyektif mengenai hal-hal yang memerlukan perbaikan.